Anti Mainstream, 4 Penemuan Unik dari Kotoran Hewan Ini Ternyata Buatan Orang Indonesia

Anti Mainstream, 4 Penemuan Unik dari Kotoran Hewan Ini Ternyata Buatan Orang Indonesia
Tak banyak yang tahu, bahwa kotoran hewan bisa dijadikan sesuatu yang sangat bermanfaat. Seiring dengan semakin canggihnya ilmu pengetahuan, “sisa pembuangan” yang dianggap menjijikan dan tak berguna tersebut, dengan sedikit sentuhan “kreativitas” bisa menjadi barang yang sangat dibutuhkan oleh manusia.  INFO SPECIAL

Hal ini telah dibuktikan dengan beragam “penemuan” baru di bidang sains oleh beberapa ilmuwan dunia. Mulai dari makanan dari “tinja” manusia, hingga biji kopi yang berasal dari kotoran hewan. Dan yang tak disangka, terselip juga nama-nama orang Indonesia yang juga berhasil “menemukan” benda yang dibuat dari kotoran hewan tersebut. TIPS KESEHARIAN

Greget, pengharum ruangannya dibuat dari limbah ternak

Tidak hanya menjadi pupuk, kotoran sapi ternyata juga bisa dijadikan hal lain yang lebih bermanfaat. Di tangan Dwi Nailul Izzah dan Rintya Aprianti Miki, kotoran sapi tersebut malah diolah menjadi pengharum ruangan alias parfum. Dari hasil karya tersebut, keduanya berhak menjadi juara pertama di ajang Indonesian Science Project Olimpiade (ISPO) 2013. BERITA UNIK



Siswi asal SMU Muhammadiyah, Babad, Lamongan tersebut memanfaatkan kotoran sapi yang telah difermentasikan terlebih dahulu. Kemudian, ekstrak kotoran sapi tersebut dicampur dengan cairan air kelapa dan disuling hingga menjadi parfum. Pada tahap akhir, hasil sulingan parfum setengah jadi tersebut akan ditambahkan dengan beberapa pengharum alami yang dibuat dari tumbuhan.

Alat peredam suara dari kotoran hewan

Popularitas kotoran sapi kembali “naik” berkat penemuan yang dilakukan oleh Muhammad Rizky Airlangga Djojonegoro dan Wan Muhammad Irfan. Siswa SMP Al-Azhar 13 tersebut, melakukan terbosan inovasi dengan membuat peredam suara yang terbuat dari kotoran sapi. Sejak 2105 silam, mereka mulai membuat lempengan peredam suara dari “bahan alami” tersebut.



Proses ini dimulai dengan mengeringkan kotoran sapi yang sebagian besar didatangkan dari peternakan sapi di Madura. Setelah itu, lempengan tersebut dihaluskan dan dicampur dengan lem dan air. Ketika sudah berbentuk adonan, lempengan tersebt kemudian di press hingga berbentuk pipih. Pada pengujian laboratorium, terlihat kemampuan daya serap bunyi dari kotoran sapi ditemukan lebih tinggi daripada bahan lainnya. Sekitar 21,19 desibel dengan frekuensi suara 8000 Hz. Sontak, penemuan ini membuahkan medali emas dalam ajang peneliti belia kategori fisika tingkat nasional di Jakarta pada yang diselenggarakan pada 18-19 November 2107 lalu.

Kotoran ternak ini disulap untuk memasak

Nama Andrias Wiji Setio Pamuji mendadak tenar setelah dirinya berhasil mengolah kotoran Sapi menjadi bahan bakar alternatif. Penemuannya tersebut dilakukannya saat tengah menjalani kuliah tingkat III di Jurusan Teknik Kimia Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2000 silam.



Dengan terus menerus melakukan peningkatan dan modifikasi pada peralatannya, dirinya berhasil membuat reaktor gas sederhana dari plastik dengan tebal 250 mikron serta menciptakan kompor untuk jenis gas metana. Penemuan yang kemudian dikomersilkan pada 2005 ini, menuai sukses besar di Indonesia. Pada saat itu, tercatat reaktor biogas buatannya sudah digunakan oleh 66 peternak sapi perah di Subang, Bandung, Garut, Tasikmalaya, dan Padang, Sumatera Barat, menyusul Bali, Jawa Tengah, dan Lampung.

Kotoran sapi yang jadi bahan bangunan

Batu bata yang identik dengan campuran tanah liat yang dibakar, kini telah berhasil dipatahkan seiring ditemukannya batu bata yang berbahan dasar kotoran sapi. Penemuan kreatif dan uni tersebut datang dari pemuda Indonesia yang bernama Syammahfuz Chazali. Alhasil, temuannya tersebut telah dilirik oleh 22 negara di berbagai belahan dunia.



Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM tersebut menggunakan hampir 90 persen kotoran sapi pada batu bata buatannya. Sisanya hanya menggunakan tanah biasa. Kemudian ditambah formula bio-aktivasi berupa faerumnesia untuk menghilangkan bau dan meningkatkan kadar silika. Kadar silika inilah yang membuat kotoran sapi tersebut menjadi kuat untuk dibentuk menjadi batu bata. Atas prestasinya ini, dirinya pun berhasil menggondol juara satu pada lomba Social Venture Competition di Amerika Serikat.

Sekilas, kotoran sapi memang tidak menarik dan layak untuk dibuang. Tapi, di tangan orang-orang kreatif tersebut, benda yang selama ini dipandang sebagai “sampah”, ternyata mampu diubah menjadi “emas” yang sangat berharga. Selain dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan, hal positif tersebut diharapkan dapat menaikkan “pamor” orang Indonesia di kancah persaingan ilmu pengetahuan dunia.